PEMBAHASAN
A.
Sumber-sumber
Budgeting ( Anggaran )
Budgeting (Anggaran) adalah rencana
kerja organisasi di masa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif,
formal, dan sistematis[1].
Anggaran adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan bank syariah yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk jangka panjang
(periode) tertentu dimasa mendatang.[2]
Dari refrensi yang dipaparkan
menurut penulis bahwa budgeting merupakan
suatu rencana yang di tentukan oleh managemen dalam bentuk proyeksi secara
perhitungan dan sistematis yang berfungsi sebagai acuan atau pedoman akan
rencana-rencana yang akan dilaksanakan dimasa mendatang dan juga sebagai tolak
ukur kinerja suatu perusahaan dimasa mendatang jika dalam konteks perbankan
syariah maka ini digunakan sebagi tolak ukur kinerja bank syariah.
Sumber-sumber budgeting adalah
sumber-sumber yang akan digunakan dalam menentukan suatu anggaran, dalam hal
ini pada dasarnya anggaran merupakan
pendekatan formal dan sistematis mengenai keuangan lembaga yang dilaksanakan
sebagai tanggung jawab manajemen dalam bentuk perencanaan, koordinasi dan
pengawasan[3]. Dalam
membuat perencanaan tentunya membutuhkan sumber-sumber yang digunakan sebagai
data dan juga sebagai asumsi dalam mengetismasi rencana keuangan yang ada dan
sasaran/target yang ingin dicapai oleh bank syariah pada periode tertentu.
Sumber-sumber data tersebut terdiri dari:[4]
1. Laporan
keuangan periode lalu.
Dalam penyusunan
anggaran yang menggunakan metode seperti ini memang sangatlah mudah karena
membandingkan anggaran lama dengan anggaran yang baru akan dibuat. Karena kita
bisa memperkirakan pengeluaran dan pemasukan yang akan diperoleh walaupun belum
terealisasi secara pasti. Laporan keuangan periode lalu juga dipakai sebagai
tolak ukur bank syariah dalam merencanakan pengeluaran financial dan pemasukan
funding dari masyarakat, jadi bank syariah sudah memiliki gambaran kedepan
tentang rencana keuangan yang akan direalisasikan dimasa mendatang. Data
seperti ini sangat membantu sekali kelancaran operasinal di dalam bank syariah
itu sendiri.
2. Data
riset pasar mengenai potensi funding dan financing
Data seperti ini
sangatlah penting dikarenakan kondisi pasar harus kita ketahui sebelumnya
karena ini akan mempengaruhi prospek kedepan pada bank syariah. Karena ketika
pasaran banyak (naik) dan pendapatan di masyarakat meningkat maka funding dan
financing pada bank syariah akan berjalan dengan baik, karena semua itu dipengaruhi
oleh pasar.
Dalam hal bank
syariah harus mampu melihat potensi pasar masyarakat, untuk menentukan suatu
anggaran dalam penetapannya bank akan menetapkan anggaran mengenai dana yang
akan out standing dan ini bank
syariah harus melihat bagaimana kondisi masyarakat, ketika pendapatan
masyarakat sedang baik maka anggaran yang harus ditetapkan adalah tentang funding namun jika kondisi masyarakat
sedang tidak baik maka anggaran yang ditetapkan lebih kepada financing.
3. Permohonan
pembiayaan yang akan direalisasikan untuk periode mendatang.
Ini termasuk
dalam financial bank syariah (pembiayaan) jadi seberapa mampu bank syariah
dapat merealisasikan permohonan pembiayaan dari nasabah. Didalam lembaga
keuangan syariah khususnya bank syariah sudah kita ketahui sebelumnya bahwa
fungsi lembaga keuangan adalah sebagai lembaga intermediasi antara pihak
surplus dan pihak defisit, pihak surplus ini akan menabung atau funding ke bank
syariah dan pihak yang surplus akan melakukan pembiayaan atau financial kepada
bank, jadi bank adalah pihak yang menghubungkan kedua pihak tersebut. Bank
syariah juga harus memanage se efektif mungkin anatara funding dan financing
agar kedunaya berjalan dengan baik. Didalam bank syariah tentunya banyak
permintaan pembiayaan dari masyarakat (financing) yang diminta untuk
direalisasikan segera, jadi bank syariah harus bisa menentukan pembiayaan mana
yang diutamakan untuk direalisasinkan terlebih dahulu, tentunya bank syariah
lebih mendahulukan permintaan pembiayaan financial yang lebih menguntungkan dan
memiliki risiko kecil, ini dilakukan agar bank tidak mengalami terlalu banyak
kesulitan dalam menarik dana yang telah dikeluarkan tersebut, ini juga
ditujukan agar bank dalam mengelurkan dananya ke nasabah untuk financial tidak
mengalami yang namanya kredit macet.
4. Rencana
angsuran pembiayaan
Perencanaan
angsuran pembiayaan ini harus dilakukan, karena untuk mengetahui kapan jatuh
tempo pembayaran dan nominal yang akan dibayarkan. Rencana angsuran pembiayaan
ini juga dilakukan agar bank tidak sulit dalam mengontrol nasabah dalam
membayar pokok dan bagi hasi (mudharabah) dan juga untuk menghindari terjadinya
diskriminasi sebelah pihak karena kurangnya kepercayaan dan akad awal atau
kesepakatan awal yang sudah dibuat kedua belah pihak, jadi rencana angsuran
pembiayaan ini sangatlah penting dan diharuskan di dalam sebuah lembaga
keuangan.
5. Rencana
pengeluaran biaya periode berikutnya.
Perencanaan
pengeluaran pada periode berikutnya harus diperlukan karena prospek kedepan
bank syariah ditentukan dari pencapaian target di masa yang akan datang, jadi
seberapa jauh bank syariah mampu merealisasikan target yang di rencanakan
sebelumnya. Rencana pengeluaran biaya periode berikutnya ini juga sangat
diperlukan agar bank tidak terlalu menghabiskan dananya untuk pembiayaan
periode sekarang, jadi bank juga harus menyisihkan dananya agara bisa digunaka
untuk pembiayaan periode berikutnya, ini juga untuk mengantisipasi jika terjadi
pembiayaan yang macet karena jika kas hanya dihabiskan untuk periode tertentu
dan ternyata macet maka bank akan mengalami kendala dalam pengoperasional
funding dan financing nya, jika ini terjadi maka kesehatan bank akan
dipertanyakan dan jika ini terus berlanjut terjadi maka bank tersebut akan
dikatakan tidak sehat.
6. Kebijakan
bank syariah yang telah disepakati bersama.
Dalam
merencanakan penganggaran pada bank syariah harus dirapatkan dan disepakati
bersama-sama agar tidak ada salah satu pihak tidak ada yang merasa dirugikan.
Kebijakan bank syariah memang harus disepakati bersama, karena kebijakan yang
diambil akan mempengaruhi setiap bagian manajemen bank syariah itu sendiri,
jadi setiap kebijakan itu harus disepakati bersama-sama agar tidak mengalami
kejadian seperti diatas.
7. Asumsi-asumsi
dalam penetapan cash in dan cash out sesuai dengan kebijakan bank syariah.
Dalam membuat
perencanaan tentunya membutuhkan sumber-sumber yang digunakan sebagai data dan
juga sebagai asumsi dalam mengestimasi rencana keuangan yang ada dan sasaran
target yang akan dicapai pada periode tertentu.
Jadi menurut
penulis, bahwa sumber-sumber budgeting
ini berasal dari beberapa elemen yaitu, laporan keuangan periode lalu, data
riset pasar mengenai potensi funding
dan financing, permohonan pembiyayaan
yang akan direalisasikan untuk perode yang akan datang, rencana angsuran
pembiyaayan, rencana pengeluaran biaya perriode berikutnya, kebijakan bank
syariah yang telah disepakati bersama, asumsi-asumsi dalam penetapan cash in dan cash out sesuai dengan kebijakan bank syariah.
B. Alat Bantu Budgeting ( Anggaran )
Alat bantu yang sederhana yang
digunakan untuk melakukan budgeting adalah aliran kas (cash flow), yaitu format
keuangan yang mengilustrasikan target-target mengenai mengalirnya dana masuk
(cash in) dan dana keluar (cash out) serta saldo kas pada suatu periode tertentu[5].
Dalam praktiknya selama bank syariah beroprasi terdapat dua macam aliran, yaitu
kas masuk (cash in flow) dan kas keluar (cash out flow)[6].
Aliran kas masuk merupakan uang kas
yang masuk ke bank syariah (penerimaan uang), misalnya perolehan pendapatan
yang didapatkan dari dana yang outstanding
seperti, pendapatan bank dari investasi mudhorobah,
musyarokah, lalu fee dari ijarah,dan pelayanan bank-bank lain, margin yang didapatkan dari murobahah, pendapatan-pendapatan bank ini masuk dalam cash in flow lalu hasil investasi atau pendapatan diluar usaha
serta dapat pula diperoleh dari pinjaman pihak lain misalnya giro pada bank
lain.
Adapun aliran kas keluar merupakan uang yang
dikeluarkan untuk financial, gaji karyawan. Uang keluar dapat berupa sejumlah
uang yang digunakan untuk melakukan investasi baik yang berkaitan dengan bidang
usaha maupun tidak.
Aliran kas masuk dan aliran kas
keluar ini akan terus menerus terjadi sepanjang bank syariah tersebut beroperasi.
Oleh karena itu pihak manajemen perlu mengatur baik aliran kas masuk dan aliran
kas keluar. Hal-hal yang perlu diatur misalnya agar jumlah yang masuk selalu
lebih besar daripada jumlah uang yang keluar. Dengan demikian, keseimbangan
cash flow bank syariah dapat terjamin.
Apabila jumlah kas terlalu kecil
maka akan berbahaya, karena akan menghambat aktivitas bank syariah itu sendiri.
Oleh karena itu bank syariah menerapkan liquiditas untuk memenuhi kebutuhan
jangka pendek bank, untuk mengantisipasi defisit anggaran (budget deficit).
Didalam lembaga keuangan jika ada
arus kas tentunya ada laporan arus kas. Laporan arus kas melaporkan arus kas
masuk maupun arus kas keluar perusahaan selama periode.[7]
Laporan arus kas ini akan memberikan informasi yang berguna mengenai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi
kewajiban, dan membayar dividen. Laporan arus kas digunakan oleh manajemen
untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan
merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan dimasa yang akan datang.
Laporan kas juga digunakan oleh para kreditor dan investor dalam menilai
liquiditas maupun potensi perusahaan khususnya bank syariah dalam menghasilkan
keuntungan.
Cash flow dapat disusun dengan
periode (interval) per tahun, per bulan, bahkan per hari. Tentu saja semakin
pendek interval yang dipakai, hasil penyusunan akan memiliki ketepatan yang
lebih tinggi. Untuk bank, umumnya kita menggunakan interval bulanan dan tahunan[8].
Dari asumsi yang dipaparkan
mengenai alat bantu budgeting salah
satunya adalah aliran kas, aliran kas terbagi dua yaitu kas masuk dan kas
keluar, dalam operasionalnya bank syariah harus mengatur sebaik mungkin aliran
kas yang ada pada bank syariah, dengan ini laporan arus kas apabila dilakukan
semakin sering dengan jangka waktu yang pendek akan semakin efektif, karena
bank akan mengetahui dengan tepat aliran kas pada periode tertentu. Bank
syariah harus mampun seoptimal mungkin mengatur agar kas masuk lebih besar
daripada kas keluar, inilah perlunya adalanya alat bantu bugjedting dalam menentukan sebuah anggaran.
Contoh cash flow
PT. SANDIKA FITRI CERIA memiliki
sistim penjualan dan pembelian yang dilakukan secara tunai, per akhir tahun adalah sebagai berikut:
Penjualan bersih :
Rp. 2500
Hpp :
Rp. 500(+)
Laba
kotor :
Rp. 2000
Biaya operasional
Ä Gaji/bonus : Rp. 60
Ä Lain-lain : Rp. 10
Ä Depresiasi : Rp. 30 (+)
: Rp. 100 (-)
Laba
bersih operasional :
Rp. 1900
Pajak
penghasilan 30% :
Rp. 570 (-)
Laba
bersih setelah pajak :
Rp. 1330
Dalam perhitungan cash flow, kita
tidak memperhitungkan biaya depresiasi sebagai biaya karena depresiasi
merupakan biaya non kas. Dengan demikian, dari perhitungan rugi laba diatas, cash flow yang sebenarnya adalah :
Laba
bersih : Rp.
1330
Depresiasi : Rp. 30 (+)
Cash flow : Rp
1360
Format cash flow[9] :
Bentuk (cash flow) sangat
bervariasi tidak ada satu bentuk baku yang dipakai secara umum. Bervariasi
disini dimaksudkan bahwa cash flow di
gunakan menurut keperluan dan kebutuhan masing-masing pihak yang
menggunakannya. Karena disetiap lembaga keuangan atau perusahaan memiliki cara
dan manajemen sendiri-sendiri dalam menetapkan arus kas nya, ini dilakukan
karena setiap lembaga keungan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dan memiliki
tujuan yang berbeda pula, jadi format cash flow ini bersifat fleksibel dan
digunakan menurut kebutuhan lembaga yang menggunakannya tersebut. Walaupun
demikian apapun bentuk yang dipakai format cash flow terdiri dari
komponen-komponen berikut ini:
1. Saldo
awal kas ( beginning cash balance)
Yaitu jumlah
uang tunai (kas) yang dimiliki perusahaan diawal periode. Jadi saldo awal kas
itu berbentuk uang tunai. Sudah kita ketahui sebelumnya bahwa disetiap anggaran
yang direncanakan itu harus ada uang kas nya atau uang tunai, karena setiap
anggaran yang direncakan itu semua pastinya akan memerlukan dana untuk
melancarkan aktifitas didalam anggaran yang telah direncanakan tersebut.
tidaklah mungkin suatu anggaran berjalan jika tidak ada dana didalamnya.
2. Kas
masuk atau penerimaan kas (cash inflow)
Yaitu aliran kas
yang diterima oleh perusahaan selama waktu tertentu sesuai dengan interval
perhitungan (sehari,sebulan,triwulan dan seterusnya). Yang dimaksud dengan cash
flow adalah uang tunai yang benar-benar diterima. Beberapa contoh yang termasuk
dalam cash flow adalah:
a. Piutang
dagang yang tertagih (account receivable collected) yaitu piutang dagang yang
dibayar oleh pelanggan sehubungan dengan penjualan kredit yang dilakukan oleh
perusahaan. Jadi jika piutang itu sudah dibayarkan maka akan masuk kedalam kas
sebagai penerimaan dan ini berbentuk uang tunai, dan secara langsung jumlah kas
akan bertambah karena penerimaan tersebut.
b. Pendapatan
bagi hasil (profit Income) atas simpanan yang ada di bank, seperti jasa giro,
bagi hasil deposito dan lain-lain. Pendapatan bagi hasil mungkin juga diperoleh
dari pelanggan perusahaan yang terlambat membayar piutang dagang yang telah
jatuh tempo sehingga memberikan sejumlah kompensasi kepada perusahaan dalam
bentuk fee. Pendapatan jenis ini dapat ditemukan pos Other Income (pendapatan
lain-lain). Pendapatan seperti ini tentunya akan masuk kedalam kas dan akan
menambah jumlah kas masuk pada periode tersebut.
c. Restitusi
Ppn (Pajak Pertambahan Nilai) untuk para eksportir yang menggunakan bahan baku
dalam negeri, yang pada saat membeli bahan baku mereka telah membayar Ppn.
Pendapatan seperti ini hanya dapat dilakukan jika ada pembelian barang di dalam
dan luar negeri, pasti akan diberlakukan pajak pertambahan nilai, karena jika
ada barang masuk dan keluar maka akan kena pajak.
d. Pengembalian
Pph (Pajak Penghasilan) yang telah dibayar. Pajak penghasilan ini tentunya
harus dilakukan dan diterapkan kepada orang yang wajib pajak.
e. Penerimaan
uang tunai sehubungan dengan penjualan aktiva tetap yang dilakukan perusahaan.
f. Injeksi
dana segar dari pemegang saham. Misalnya adanya penambahan dana disektor,
pemberian pinjaman oleh para pemegang saham, dan lain-lain.
3. Total
kas yang tersedia (Total Cash Avaliable)
Yaitu
penjumlahan antara saldo awal kas dengan penerimaan tunai periode yang
bersangkutan. Saldo ini menunjukkan total uang tunai yang dimiliki perusahaan
untuk periode tersebut. Kas yang tersedia inilah yang dipergunakan perusahaan
untuk membayar semua kewajiban tunainya. Jadi total kas ini adalah keseluruhan
jumlah kas yang ada didalam suatu bank syariah itu sendiri, jadi semua
pendapatan dan jumlah saldo awal kas dijumlahkan maka akan disebut total kas
yang tersedia.
4. Kas
keluar atau pengeluaran kas (Cash Out flow)
Yaitu aliran
pembayaran kas (tunai) yang dilakukan perusahaan. Komponen ini adalah kebalikan
dari cash in Flow. Pada cash In flow perusahaan menerima uang tunai, maka pada
cash out flow perusahaan mengeluarkan uang tunai. Beberapa contoh komponen cash
Out Flow adalah
a. Pembayaran
utang dagang (Account payable Paid) yaitu utang dagang yang jatuh tempo harus
dibayar sehubungan dengan pembelian secara kredit oleh perusahaan.
b. Biaya
Margin (Margin Expense) akibat pemakaian dana pinjaman, seperti pinjaman bank,
lessing, dan lain-lain
c. Upah
buruh (Labour cost) misalnya untuk industri Manufaktur
d. Biaya
operasional tunai, seperti biaya gaji dan biaya bonus karyawan, biaya utilitas
(listrik,air,telepon), biaya asuransi, biaya perjalanan dan lain-lain.
e. Utang
Pph yang masih harus dibayar
f. Biaya-biaya
kredit seperti profisi kredit, biaya administrasi kredit, dan lain-lain.
g. Pembelian
aktiva tetap (Capital Expenditure) seperti pembelian mesin-mesin peralatan,
tanah, dan bangunan dan lain-lain.
h. Pembayaran
deviden tunai (Cash Deviden)
i.
Pembayaran angsuran pokok utang (Principle Repayment)
Jika dibank syariah cash out flow ini terjadi jika ada pembiayaan financial yang
keluarkan untuk nasabah peminjam yang membutuhkan dana dari bank syariah dan
juga gaji pegawai disetiap manajemen bank syariah, pembelian alat bantu
operasinal juga termasuk dalam pengeluaran kas dan lain-lain.
5. Surplus
atau defisit kas perusahaan ( Net cash surplus or Deficit)
Yaitu selisih
antara total kas yang tersedia dengan cash out flow. Ada beberapa indikasi yang
ditunjukan oleh perusahaan yang dimiliki kas surplus yang cukup besar terus
menerus yaitu:
a. Kemampuan
membayar angsuran pokok pinjaman (bila ada) masih cukup besar. Dalam kasus
seperti ini, kita dapat mempertimbangkan pemberian pinjaman yang tidak terlalu
lama. Karena bank masih mampu membayar angsuran pokok,dikarenakan bank tidak
mnegalami defisit anggaran jadi bank menetapkan pelunasan pinjaman tidak telalu
lama.
b.
Jika perusahaan memiliki pinjaman jangka
pendek, kas yang surplus menunjukkan bahwa pinjaman jangka pendek tersebut
dapat dilunasi. Ini dikarenakan bank sedang dalam keadaan yang surplus, dan
ketika bank dalam keadaan yang demikian bank dapat dengan mudah dalam melunasi
pinjamannya, bank juga tidak harus berlama-lama untuk melunasi pinjaman
tersebut, namun bank cukup butuh waktu jangka pendek untuk melunasi pinjaman
tersebut.
Jika kas defisit maka :
a. Angsuran
pokok pinjaman (bila ada) terlalu besar. Untuk menghuji hal ini, kita dapat
mencoba mengeluarkan angsuran pokok dari cash out flow. Bila pengujian ini
benar, kita harus memberi pinjaman yang lebih panjang yang angsuran pokoknya
per periode lebih ringan. Ini dikarenakan kas sedang mengalami defisit, oleh
karena itu bank memberi pinjaman dengan jangka yang lama dalam pelunasan
angsuran pokoknya
b. Perusahan
membentuk tambahan pinjaman untuk menutupi kekurangan kas tersebut. Ini
dilakukan agar bank tetap bisa menjalankan kegiatan operasinal seperti
biasanya. Karena jika bank tidak bisa menjalankan operasinalnya maka bank
tersebut dinyatakan tidak sehat. Jika hal yang demikian terjadi didalam suatu
bank, ini akan mengakibatkan nasabah investor akan tidak percaya lagi didalam
menginvestasikan dananay kedalam bank tersebut, dan jika demikian terjadi maka
bank akan mengalami kendala dalam mengoprasionalkan funding dan financing nya.
c. Bila
defisit hanya terjadi pada interval awal berarti terdapat kebutuhan akan Grace
periode, untuk pinjaman jangka panjang yang diberikan. Perusahaan baru dapat
melakukan pembayaran angsuran pinjaman
bila saldo telah menunjukkan angka positif (surplus). Ini berarti bank menunggu
saldo kas menjadi surplus untuk dapat bank melunasi pinjamannya, dan ini hanya
terjadi ketika bank syariah sedang mengalami defisit budget.
6.
Saldo kas minimum ( Minimum Cash Balance
)
Yaitu sejumlah uang tunai tertentu yang mengendap
diperusahaan sepanjang waktu, misalnya untuk keperluan kas kecil, untuk
pedagang mobil bekas (Used Car), setiap saat harus memiliki sejumlah uang tunai
agar dapat langsung melakukan pembelian, bila ada mobil yang ingin dibeli. Ini
dilakukan agar bank syariah bisa memenuhi kebutuhan jangka pendeknya yang
mempengaruhi kegiatan operasionalnya, karena bank juga memerlukan biaya
lain-lain.
7.
Kebutuhan dana tambahan ( Additional
Financial Needs)
Yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup defisit kas. Jumlah dana yang
dibutuhkan ini tergantung pada besarnya saldo kas minimum dan kondisi kas
perusahaan (defisit atau surplus).
a. Bila
tidak ada saldo kas minimum yang ingin dipelihara oleh perusahaan, saldo
defisit kas sama dengan jumlah kebutuhan dananya. Jadi jika didalam suatu bank
syariah sudah tidak ada saldo kas minimum maka saldo defisit kas tersebut sama
dengan dana kas yang dibutuhkan untuk menutupi kas defisit itu sendiri.
b. Bila
ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan saldo kas adalah defisit,
kebutuhan dana tambahan sebesar saldo kas minimum. Jadi dalam menetapkan berapa
besar dana yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan defisit kas yang ada
didalam bank syariah itu sendiri dilihat dari saldo kas minimum yang ada
didalam bank syariah itu sendiri.
c. Bila
ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan saldo kas adalah surplus, tetapi
lebih kecil dari saldo kas minimum yang di syaratkan, kebutuhan dana tambahan
adalah sebesar selisih antara saldo kas minimum dengan saldo khusus.
d. Bila
ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan posisi kas adalah surplus, dimana
nilai surplus diatas saldo kas minimum, maka tidak dibutuhkan dana tambahan.
8.
Ending cash balance ( Saldo Kas Akhir)
Yaitu
posisi kas diakhir periode setelah memperhitungkan kebutuhan dana tambahan.
Secara matematis, suatu format cash
flow dapat ditulis sebagai berikut[10] :
BEGINNING
CASH BALANCE : A
CASH
IN FLOW
: B
|
TOTAL
CASH AVAILABLE
: C ( A + B )
CASH
OUT FLOW
: D
|
NET
CASH SURPLUS :
E ( C – D )
|
MINIMUM
CASH BALANCE :
F
ADDITIONAL
FINANCIAL NEEDS : G
|
ENDING
CASH BALANCE : H ( F + G )
|
F
= 0 Jika E < 0 maka G = E (NILAI ABSOLUT)
Jika E >= 0 maka G = 0
|
F
> 0 Jika E < 0 maka G = F + E (NILAI ABSOLUT)
Jika E = 0 maka G = F
Jika E < E < E maka G = F - E
Jika E >= F maka G = 0
|
[1]
Rudianto,PENGANGGARAN,(Jakarta:
Erlangga, 2009). Hlm.3
[2]Muhammad,Manajemen Bank Syariah,(jakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, 2011).Hlm.285
[3]
Ibid
[4]
Ibid
[5]
Muhammad,Op Cit. Hlm.288
[6]
Kasmir,Pengantar Manajemen Keuangan,(Jakarta:
Kencana, 2010) Hlm. 189
[7]
Hery,Teori Akuntansi,(Jakarta: PT
Fajar Interpratama Offset, 2009), hlm. 231
[8]
Muhammad, Op Cit.Hlm.289
[9]
Ibid
[10]
Ibid. Hlm. 292